Sunday, February 27, 2005

Lessons Of Love 2

Hi, my digest.

Aku kali ini mau ceritain ke kamu tentang kejadian yang aku alami hari Minggu, 27 Februari 2005.

---------
Pagi ini aku gereja. Seperti biasa di GII Hok Im Tong Dago. Berangkat dari kost-kostan sekitar jam 8.30. Terus di angkot ketemu ama Bang Micky. Kami tiba di gereja sekitar 9.15. Waktu yang masih tepat untuk mendapat tempat duduk yang posisinya cukup bagus. Memang seperti biasanya nih gereja selalu penuh kalo mahasiswa di Bandung pada gak liburan. Dan kalo kebaktian Minggu biasa aja, kebaktian yang jam 9.30 rata-rata baru penuh sekitar pukul 9.20 lewat. Kalau telat, bersedialah duduk di kursi lipat di bagian sayap kiri atau kanan, atau duduk di kursi lipat paling depan. Kebaktian selalu dimulai tepat waktu. Setiap kebaktian minggu atau kebaktian khusus di GII selalu diawali oleh sebuah pujian yang dinyanyiin ama paduan suara yang belakangan aku tahu namanya Paduan Suara Cherubim -taunya dari account Friendster temanku di STT Telkom yang juga anggota tuh PS-. Baru setelah paduan suaranya selesai, yang akan memimpin kebaktian sekaligus yang bawa khotbah masuk lalu dia akan memulai kebaktian dengan votum & salam. Kalau Minggu sebelumnya yang khotbah Ibu Ev. Paula Ch. Cohen, kali ini adalah suaminya, Bapak Pdt. Christiady Cohen. Yang menjadi kebiasaan bapak pendeta ini adalah setelah votum dan saat/doa teduh sejenak diiringi pujian dari PS, sebelum menyanyikan lagu pujian pertama dia selalu mengajak jemaat untuk saling melemparkan senyum yang terbaik ke kiri dan kanan sambil bersalaman.

---------
Kali ini aku beri judul Lessons Of Love 2 karena tema hari itu untuk khotbah masih berbicara mengenai kasih, Kasih Yang Terbesar. Ayat hafalan yang tertera di buku Warta Jemaat diambil dari Yohanes 15:13 yang berbunyi demikian: "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya."

Nats yang menjadi dasar khotbah diambil dari Hosea 11:1-11. Kalau di Lessons Of Love! aku menyertakan isi nats tersebut, kali ini aku tidak akan menyertakannya karena yang kemarin dalam Lessons Of Love cukup pendek untuk aku ketik. Aku juga gak punya software Alkitab seperti beberapa temanku punya. Setelah kami membaca nats tersebut secara responsoria, Pak Cohen memulai khotbahnya. Dia bercerita tentang kisah cinta yang terjadi di dalam film Tom Hanks berjudul Cast Away. Lalu dia juga bercerita tentang kisah cinta antara Romeo dan Juliet. Dan terakhir cerita Hamlet yang ditulis oleh Shakespeare. Dia menceritakan hal tersebut awalnya sepertinya merupakan sebuah cerita yang sia-sia menurutku. Tapi ketika dia meminta kami untuk membuka dan membaca Hosea 1:2, barulah aku mengerti. Hosea 1:2 berbunyi: " Ketika TUHAN mulai berbicara dengan perantaraan Hosea, berfirmanlah Ia kepada Hosea: "Pergilah, kawinilah seorang perempuan sundal dan peranakkanlah anak-anak sundal, karena negeri ini bersundal hebat dengan membelakangi TUHAN." "

Sedikit penjelasan yang aku tangkap dari Pak Cohen adalah manusia sering memikirkan tentang kisah cinta yang hebat, tapi siapa yang mengira kalau TUHAN berfirman kepada Hosea untuk mengawini seorang perempuan sundal. Bahkan dalam kelanjutan ceritanya memang Hosea mengawini Gomer binti Diblaim dan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki.

Memang dalam Hosea 1:2 juga sudah jelas kalau Tuhan melakukan itu karena bangsa Israel dikatakan bersundal hebat dan membelakangi TUHAN. Yang aku dapat simpulkan dari khotbah Pak Cohen, cinta Tuhan kepada manusia tidaklah seperti cinta yang manusia bayangkan. Bahkan sampai sekarang hanya sedikit yang mau menerima kalau TUHAN mencintai manusia dengan cara mengorbankan dirinya di kayu salib. It's something unacceptable, something impossible, something not logic for them.

----------
Song of the day:


O How He Loves You and Me
HE LOVES YOU AND ME
KURT KAISER

  1. O how He loves me and you
    O how He loves me and you
    He gave His life, what more could He give
    O how He loves you, O how He loves me
    O how He loves me and you

  2. Jesus to Calvary did go
    His love for mankind to show
    What He did there brought hope despair
    O how He loves you, O how He loves me
    O how He loves me and you

Aku pilih sebagai song of the day karena lagu tersebut dalam kebaktian tadi adalah lagu yang paling sering terdengar karena dinyanyikan berulang-ulang. Selain itu, aku sering juga mendengarkan lagu tersebut di Winampku tapi hanya lagunya aja (instrumental), tanpa syair. Aku pun bela-belain menulis lagu tersebut dengan pensilku di kertas warta jemaat di tempat catatan khotbah supaya aku bisa nyanyiin lagi di rumah.

----------
Kejadian menarik hari ini adalah BAJU MERAH. Aku dan seorang temanku suka satu cewek yang sama. Pernah waktu menunggu hujan berhenti di KOPMA aku dan dia bercerita tentang tuh cewek. Aku cerita kalau Minggu lalu kebetulan banget kalau aku ama tuh cewek berpakaian berwarna yang sama. Biru hitam. Dia menimpali kalau dia juga sering kok berpakaian berwarna sama dengan tuh cewek. Terus akhirnya kami (gak serius-serius amat sih sebenarnya) seperti ingin tahu hari Minggu depan (maksudnya hari ini) siapa yang bakalan berpakain berwarna sama dengan tuh cewek. "Hari Minggu ini aku akan pake coklat", kata temanku saat itu. Dan pada hari ini, aku memakai kemeja Bapakku berwarna abu-abu dan celana panjang berwarna hitam. Dan karena tuh cewek datangnya kebetulan agak telat dan harus kebagian tempat duduk di kursi lipat di bagian paling depan, jadi deh aku tahu warna pakaiannya. Dia memakai atasan warna merah dan bawahannya gak gitu perhatiin. Aku senyum-senyum sendiri di tempat dudukku melihat tuh cewek telat dan warna bajunya tidak sama denganku dan aku memang gak punya pakaian yang cukup sopan untuk dipakai ke gereja berwarna merah. Tinggal mencocokkan dengan temanku itu, pikirku saat itu. Teman sekampusku yang kebetulan duduk di sebelah kiriku tertawa dan bertanya ke aku kenapa aku ketawa sendiri. "Ada dech.." jawabku singkat. "Lihatin siapa?" tanyanya lagi. "Ada dech.." jawabku lagi singkat sambil berusaha mengalihkan pandanganku agar tidak mengarah ke tuh cewek yang masih berdiri.

Sepulang gereja, aku dengan Bang Micky seperti biasa berjalan kaki dari GII ke BIP. Mau ngambil uang di ATM Mandiri Gramedia, eh ketemu ama anak PMK ST3. Kak Ellen, Kak Leni, Artha, Indri dan ada beberapa orang lagi yang aku lupa siapa dan gak tahu namanya. Setelah ngambil uang, langsung lanjut ke BIP. Dan ternyata aku melihat temanku yang bernama Roy itu -temanku yang sehati suka cewek yang sama itu- sedang naik eskalator mau naik ke lantai 2. Aku teriak ke dia, "Roy, bajunya merah." Tapi kayaknya dia gak dengar. Akhirnya aku dan Bang Micky naik juga ke lantai 2 dan bersalaman dengan mereka sambil bilang ucapan yang sudah biasa terdengar kalau bersalaman sehabis pulang gereja " Selamat Hari Minggu". Dan aku langsung potong bicara, "Dia pake baju merah" dan karena ngeliat dia memang gak pake baju berwarna merah -aku gak perhatiin banget dia pake baju warna apa- "berarti gak ada kita yang jodoh ama dia" sambungku sambil disambut tawa oleh tawa si Roy dan satu lagi temanku yang mengerti apa yang kami bicarakan.

Kejadian menarik yang lain adalah PAYUNG. Setelah aku dan Bang Micky selesai berbelanja beberapa barang, dan aku salah satunya berbelanja payung karena payungku hilang entah kemana di kost-kostan. Waktu kami mau pulang kami bertemu sepasang kekasih teman kami di STT Telkom. Kak Elin dan Abe. Kak Elin seniorku anak 2001, Abe teman seangkatanku anak 2002. Dan hari itu adalah hari yang berbahagia buat Kak Elin karena dia berulangtahun yang ke-21. Outside the rain is falling cukup lebat. Jadi mereka menunggu di dekat pintu masuk BIP sepertinya menunggu hujan reda. Aku menyalam Abe, lalu menyalam Kak Elin sambil mengucapkan selamat ulang tahun. Anehnya aku malah promosiin payung karena aku lihat mereka gak ada bawa payung dan si Abe sempat nanya ada payung apa nggak. "Ini aja baru beli tadi di atas. Beli aja, harganya cuma 16.900", kataku. "Tadi di atas ada juga yang besar. Harganya 19.900", kata Abe menimpali. Setelah bertanya mereka masuk gereja yang jam berapa dan dijawab Abe yang jam 9.30 juga dan diselingi hening beberapa saat, mereka akhirnya memutuskan untuk naik ke atas untuk membeli payung. Aku dan Bang Micky akhirnya memutuskan untuk mencari tempat duduk di lantai 4, tempat bioskop BIP 21 berada. Kami naik lift yang sepertinya tidak bisa berhenti lagi di lantai 2 dan 3. "Tidak melayani jarak dekat", kata Bang Micky sambil tertawa kecil. Setibanya di lantai 4 kami mencari tempat duduk yang kosong, dan sudah dapat ditebak kami tidak menemui satupun bangku kosong. Karena apa? Hari Minggu gitu lho, rame yang mo nonton. Dan setelah berkeliling-keliling liatin poster film dan akhirnya hujan berhenti, kami turun pake lift, ngambil angkot, and finally got home. Makan pagi -seharusnya uda waktu makan siang- di rumah makan padang. Dan begitu balik lagi ke kostan dan baru duduk sebentar di ruang tamunya kost-kostan, aku ngeliat pasangan Abe dan Kak Elin lewat depan kost-kostanku. Aku langsung keluar dan sepertinya mereka merasakan aku yang keluar. Dan sepertinya Abe juga tahu maksud aku keluar mau ngapain makanya Abe langsung nunjukin payung yang mereka beli. Sayang banget kayaknya tuh payung mereka beli. Soalnya waktu kami pulang aja hujan udah berhenti dan kami tidak memakai payung sama sekali. Bahkan dari Buah Batu sampai Dayeuhkolot, kampus kami berada, hujan tidak turun sama sekali. Tapi untuk saat ini sepertinya payung cukup dibutuhkan karena belakangan hujan secara reguler datang tiap hari. Oh iya, untuk informasi aja kalau dari Dayeuhkolot ke Dago (GII Dago) jaraknya tuh kurang lebih 10 kilometer. Makanya cukup memungkinkan untuk hujan lokal.

----------
Hari ini Kak Uthe juga ulang tahun. Ulang tahunnya yang ke-24. Dia-lah orang pertama yang mengenalkanku dengan tidak sengaja nih multiply dan juga membuatku mulai memanage bloggerku. Aku mengirimnya SMS tadi pagi. Cuma bilang selamat ulang tahun.

Eh, my digest. Itu aja ya untuk hari ini.

Tuesday, February 22, 2005

Lessons Of Love!

Minggu, 20 Februari 2005 aku bergereja seperti biasa di GII Dago. Minggu kali ini berbeda dengan sebelumnya. Minggu lalu aku tidak gereja karena aku berobat ke Rumah Sakit Boromeus, jadi ada rasa yang berbeda. Selain itu aku yang seharusnya membaca firman Tuhan setiap hari melalui saat teduh, dalam bulan Februari ini aku sama sekali tidak ada melakukan saat teduh. Doa juga aku lakukan ketika aku mau makan dan karena sempat sakit dari tanggal 6 sampai 16 dalam doaku aku paling memohon untuk memberkati obat yang aku makan sehingga menjadi kesembuhan bagiku. Ya, seharusnya hari Minggu kemarin waktu di gereja aku mengucap syukur karena penyakitku tidaklah sampai penyakit parah dan Tuhan sudah menyembuhkanku dari sakitku. Tapi hal itu baru aku ingat sewaktu Mamak meneleponku seperti biasanya di atas jam 23.00.

Judulnya aku buat Lessons of Love karena hal itu aku dapat dari khotbah Ibu Ev. Paula Ch Cohen. Firman Tuhan yang menjadi dasar khotbah pagi itu seharusnya diambil dari 1 Yohanes 4:7-21. Tapi Ibu Cohen dalam khotbahnya membatasinya hanya sampai ayat 12. Berikut isi Firman Tuhan dari 1 Yohanes 4:7-12:

7Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. 8Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih. 9Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya. 10Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. 11Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi. 12Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita dan kasih-Nya sempurna di dalam kita.*


Beberapa hal yang aku catat di kertas warta jemaat bagian belakang yang memang dibuat untuk tempat catatan khotbah:



mengasihi sesama yang terpenting bukan sesamanya, tetapi kasihnya

Aku kurang ingat apa penjelasan dari kalimat yang diucapkan oleh Bu Cohen itu. Tapi mungkin yang dimaksudkan oleh Bu Cohen dalam kalimatnya itu adalah ketika kita mengasihi sesama kita yang kita lihat bukanlah siapa yang kita kasihi, tetapi yang kita lihat adalah kasih yang kita berikan. Apakah kasih yang kita berikan merupakan kasih yang dari Allah. Yang buat aku mengambil kesimpulan seperti itu karena dibawah tulisan yang kutulis di atas ada tulisan lain isinya kasih itu dari ALLAH.


Hukum Kasih: bagi bukan semakin sedikit atau habis
tapi akan semakin bertambah


mungkin yang bisa aku tangkap dari kalimat yang aku catat ini adalah semakin kita membagi-bagi kasih yang ada pada kita atau semakin kita mengasihi lebih banyak orang, kita bukannya menjadi kekurangan atau kehabisan kasih, tetapi kita akan mendapat kasih yang lebih banyak atau mungkin dikasihi oleh lebih banyak orang. Karena kasih itu bukanlah sesuatu yang dapat dipelajari satu hari saja atau hanya melalui sekali saja mendengar khotbah mengenai kasih, maka Ibu Cohen menyarankan agar kita belajar mengenai kasih setiap hari, belajar mengasihi setiap hari. Itulah sebabnya aku membuat judul tulisan ini Lessons of Love. Mengasihi adalah pelajaran setiap hari dalam hidup kita, seumur hidup kita.

Dalam khotbah, Bu Cohen juga sempat bercerita tentang mempraktekkan kasih dalam kehidupannya, kurang lebih demikian:

"Mungkin memang mengatakan lebih mudah dari melakukan. Kalau hanya mengatakan saja dari mimbar tentunya mudah saja. Tapi saya juga pernah bergumul dalam hal mengasihi. Ayah saya meninggal sewaktu saya masih kecil. Bahkan wajah beliau saja saya tidak pernah melihatnya. Lalu Ibu saya meninggalkan saya ketika saya berumur tiga tahun. Dia tidak mau mengurus saya. Dan akhirnya saya masuk ke seminari(?). Dan di sanalah saya bergumul mengenai mengasihi. Bagaimana mungkin saya bisa mengasihi Ibu saya yang sejak saya berumur tiga tahun meninggalkan saya. Lalu saya sangat gentar ketika saya membaca Firman Tuhan di 1 Yohanes 3:15:Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. (Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya.)...." Lalu dia bercerita kalau akhirnya dia menemui Ibunya dan mengasihinya walaupun mungkin Ibunya tidak layak lagi untuk dikasihi oleh anaknya yang dia tinggalkan.


*Syarat kelayakan?!

Hal inilah yang menjadi pertimbangan Ibu Cohen untuk mengasihi Ibunya atau tidak. Seperti yang dia bilang sebenarnya dia merasa Ibunya tidak layak lagi untuk dikasihi olehnya setelah apa yang diperbuatnya kepada anaknya. Tapi bagaimana kalau TUHAN juga melakukan hal yang sama kepada manusia. Layakkah manusia untuk mendapat kasih TUHAN? Karena benar, bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. Manusia menjadi layak karena Allah sendiri mengutus Anak-Nya mati di kayu salib untuk menjadi pendamaian manusia dengan Allah sendiri. Kalau Allah tidak memakai syarat kelayakan kepada manusia ketika mengasihi kita, kenapa kita harus memakai syarat kelayakan kepada sesama kita ketika kita mengasihi sesama kita? Layakkah si X untuk kukasihi?


Question:
-Apakah betul-betul aku ini lahir dari ALLAH?


Pertanyaan ini mungkin dapat aku tanyakan pada diriku sendiri setiap waktu untuk mengingatkanku mengenai khotbah Lessons of Love (judul yang aku buat sendiri).


*: Dikutip dari ALKITAB Terjemahan Baru (TB) © LAI 1974

Friday, February 18, 2005

Please help me update my address book on Ringo

Hi

I'm updating my address book. Please click on the link below and enter your contact info for me:

http://ringo.com/i?uid=LlihGz7RTEFQWdnU&

I'm using a new, free service where I put in my contact info for you, you put in your contact info for me, and everyone stays up to date automatically. It's surprisingly easy and useful.

Thanks for your help.

Tambahan, klo gak kenal ama aku, ya udah, cuekin aja nih email. Maaf.

Givendra bravontho

Friday, February 04, 2005

Dear My Digest

Dear my digest,
Ada sesuatu yang ingin kusampaikan kepadamu. Mulai saat ini sampai waktu yang tidak kutentukan, aku memutuskan hanya kepadamulah aku akan menceritakan segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupanku. Aku tahu kamu gak akan dan memang gak bisa mengerti. Tapi mungkin ini lebih baik dari yang selama ini terjadi. Mungkin kamu mau tahu alasan kenapa aku memutuskan ini. Ada banyak alasan kenapa aku memutuskan ini, tapi mungkin aku hanya bisa memaparkan beberapa hal saja. Semoga kamu bisa mengerti. (Aku yakin kamu gak bisa ngerti, karena kamu aja ada karena aku yang buat).
And the nominees are:

1.Aku gak punya teman baik
Tahu gak sekarang umurku berapa? 20 tahun dan Mei nanti 21. Dan selama 20 tahun aku hidup sudah pasti dong aku punya teman. Banyak bahkan. Tapi tak satupun dari mereka yang menjadi teman baikku. Teman baik di sini yang aku maksud adalah seseorang yang selama ini menjadi tempat aku ceritain masalahku dan atau sebaliknya, seseorang yang mungkin sudah mengerti aku gimana dan atau juga sebaliknya, seseorang yang dekat denganku dan sebaliknya, dan sebagainya yang dapat dikategorikan sebagai sahabat karib. Mungkin ada beberapa orang yang pernah berperan sebagai teman baikku. Tapi mereka hanya berperan aja, tidak sepenuhnya teman baikku. Itupun setelah aku duduk di sekolah yang sekarang. Orang pertama yang pernah berperan sebagai temanku adalah bang Gerrard. Dia ini seniorku di ST3 angkatan 99, tapi waktu aku masuk dia sudah keluar karena DO. Tapi sempat dekat ama dia karena aku sering kemana-mana bareng dia. Dia juga orang pertama di ST3 yang tahu dan menyebarkan nama panggilanku vontho. Dia juga sempat satu kostan dengan aku beberapa bulan. Setelah dia pindah dan sampai sekarang kabarnya gak jelas-jelas amat, aku sudah punya banyak teman tempat aku cerita tentang masalahku. Tapi mereka semua tidak ada yang menjadi teman baikku. Sebenarnya mereka berpotensi menjadi teman baikku, tapi masalahnya ternyata bukan pada mereka. Tapi padaku, yaitu seperti yang aku maksud pada alasan kedua.

2.Aku bukan teman yang baik
Sebenarnya sudah jelas banget kalo aku bukanlah teman yang baik. Buat siapapun temanku, aku pikir mereka setuju kalo aku bilang seperti itu. Walaupun ada yang bilang aku baik, I doubt that. Mereka pasti bilang begitu karena belum melihat bagaimana the really me. Yang mereka lihat selama ini semuanya hanya yang ada di permukaan. Aku ga tahu penilaian orang tentang aku. Karena selama ini aku nanya beberapa orang bagaimana sih aku menurut mereka, gak pernah ada yang ngejawab. Dan kalopun ada pasti jawabannya seperti yang aku duga. Mereka tahunya aku orang yang baik. ..vontho gak gitu deh (tahu gak mirip bunyi iklan apa?).. Biar kamu tahu aja, selama ini aja sebenarnya sudah banyak temanku yang aku buat nyesal berteman denganku. But they just don't wanna admit it. Aku yakin mereka gak mau mengakui kalau mereka sebenarnya nyesal mau berteman denganku karena mereka cukup kasihan sama aku. Karena memang mereka yang aku maksud itu rata-rata adalah orang yang selama ini aku mau cerita apa aja bahkan cerita yang gak seharusnya aku bagikan ke mereka, jadi mereka cukup tahu aku ini orangnya orang seperti apa. Hasilnya memang selama ini aku merasa beruntung punya mereka sebagai temanku berbagi cerita tentang apa aja tapi biasanya cerita tentang masalahku, tapi sebaliknya mereka pasti rugi. Selama ini mereka juga sudah banyak ngebantu dengan memberikan masukan. Tapi aku rasa mereka pasti udah gak tahan dengan ulahku yang semakin lama semakin memuakkan bahkan buatku sendiri. Tapi mereka tetap aja gak mau ngomong. Siapa coba yang bakalan tahan kalo ada yang ngirimin SMS isinya sebenarnya gak penting banget kalee bahkan cenderung gak jelas? Kalo sekali mah mungkin masih bisa ngerti. Tapi kalo sudah berulang kali. Percaya gak kalau selama ini aku gak pernah banyak bicara dengan mereka semua temanku yang aku sering berbagi cerita itu? Kamu harus percaya. Soalnya selama ini mereka aku berbagi cerita klo gak lewat SMS, lewat email. Dan kalaupun ketemu ama mereka aku sering berlaga gak kenal dan sombong. Walaupun mereka duduk di samping atau depanku, aku tak akan mengucapkan sepatah kata pun kalau gak mereka yang buka suara. Terus, kamu harus percaya kalau ada temanku yang ketemunya di Friendster yang ternyata juniorku di high school dulu sampai berantem ama pacarnya gara-gara SMS yang aku kirim. Nah, lho? Kamu juga harus percaya kalo aku bilang karena SMS atau message2 yang aku kirim ada juga seorang cewek -cantik karena memang model majalah, berumur 25 tahun 22 Februari ini- baru percaya kalo aku bukan orang yang baik, dan sudah seharusnya dia dari dulu menerima tawaranku untuk mengiyakan “Thanx ya uda pernah jadi temanku” yang aku bilang ke dia. Aku juga terkejut tanpa aku minta dia ngasih nomor HPnya ke aku. Alasan dia sih dia pikir dia tahu aku orang baik dan gak akan macam-macam. Nah, sekarang nyesal deh dia. Tapi memang penyesalan selalu datang terlambat. Tapi aku yakin kamu gak akan nyesal karena kamu memang gak bisa nyesal. Itulah makanya aku milih kamu untuk tempat aku macam-macam. Kamu pasti gak akan marah kan karena kamu gak bisa disetting untuk bisa marah.

3.They're not teman yang baik either
Ternyata bukan aku aja yang menjadi masalahnya. Mereka juga. Mereka bukanlah teman yang baik. Dan memang gak akan ada yang bisa. Kamu harus percaya aja kalau ada temanku yang janjinya mau ngebales emailku dan sampai saat ini gak ada tuh. Bukan itu aja sih, tapi aku sekarang lagi benci aja sama mereka semua.

I guess that's all, my digest. Ntar aja deh aku kasitau kamu lagi alasan yang lainnya. Aku lagi sakit kepala nih, gak tahu lagi mau buat apa. Oiya, I hate them all.

Yours,

vontho