Tuesday, March 15, 2005

Mail

My email address is too much!


Best regards,
GIVENDRA BRAVONTHO SARAGIH
vontho.blogspot.com & vontho.multiply.com
Rumah Kencana Ungu 3rd floor
Sukabirus Gg.Demang I
RT05/RW15 Desa Citeureup Dayeuhkolot
Bandung, 40257
+62817-92-70-100

Thursday, March 10, 2005

Be My Friendster!

Feature baru dari Friendster.
Promosiin diri untuk nambahin temans...
Gak ngaruh kalee....

Thursday, March 03, 2005

My Friend Deborah

Aku gak tahu mau bilang apa. Tadi pagi dia panggil aku waktu aku baru masuk ke area kantin. Aku mendatanginya. Terus dia bertanya aku mau kuliah apa. Aku hanya bisa bilang "Aku juga masih belum ngerti." Dia lalu bertanya "Jadi yang kemarin masih belum beres?" Aku hanya mengiyakan. Aku gak tahu kenapa dia mau memperhatikanku. Aku lalu meninggalkannya untuk makan di bagian kantin aku biasa makan.


Ntah kenapa, dia juga datang ke kostanku bersama dua temanku yang lain, Roy dan Meyer. Kebetulan banget aku lagi di bawah pengen nonton. Bagus juga sih, jadi mereka gak perlu ke kamarku yang masih aja berantakan sampai sekarang. Tujuan dia datang mau ngasih aku dua lembar kertas photocopyan yang isinya bahan renungan. Ini kali kedua dia melakukan hal yang sama setelah kemarin tanggal 1 dia juga ngasih juga bahan renungan disertai sebuah pembatas yang biasanya untuk pembatas Alkitab. Dia tadi ngasihnya pas di depan pintu kostanku aja karena memang kebetulan aku di bawah dan mereka memang lihat aku lagi di depan televisi. Dia ngasih kertasnya dilipat sambil bilang "Ini special buat kamu." Sambil nunjukin isinya dia nerangin ke aku yang mana buat aku baca hari ini dan mana yang buat besok. Teman aku Roy malah ngomong ke dia kayak aku lebih diperhatiin dari mereka -Roy dan Meyer-. Apalagi waktu dia ngingatin aku untuk datang kebaktian Jumatan besok, si Roy malah bilang kok hanya aku yang diajak Jumatan. Dia hanya bilang manatau aku lupa. Sambil meninggalkan kostanku si Roy sempat-sempatnya bilang ke aku "Besok aku pake baju putih, dia juga pasti pake baju putih." Wong kami memang pake seragam putih biru, kemungkinan besar yah tuh cewek pake baju putih juga dong, tapi aku menimpali dengan bilang kalau aku besok bakalan pake baju merah, maksudku sih pake jaket merah.


Btw, terus terang hari ini aku sebenarnya lagi berusaha menghindar untuk ketemu ama dia karena takut dia akan bertanya tentang keadaanku dan bukan gak mungkin bertanya mengenai renungan yang dia kasih beberapa hari yang lalu itu. Soalnya yang dia kasih tanggal 1 Maret aja baru tadi pagi aku baca dan yang seharusnya kubaca tanggal 2 sampai tulisan ini aku buat masih belum aku baca. Kalau saja dia tahu kalau aku gak baca yang dia kasi ke aku tanggal 1 kemarin, would she still be doing this?


Tapi aku mikir, kenapa dia belakangan jadi cukup perhatian amaku. Ternyata karena aku dalam seminggu yang lalu pernah cerita ke dia tentang kuliahku dan juga masalah yang kuhadapi masih berhubungan dengan kuliahku. Terus tanggal 28 kemarin, mungkin ini merupakan kesalahan besar yang aku lakukan, aku mengirim dia SMS yang isinya bilang kalau aku merasa sepertinya aku ini sudah gila. Masa' aku malah gak senang ketika mamakku ngSMS lewat HP teman ngajarnya di sekolah bertanya tentang keadaanku dan terlebih mengenai kuliahku. Kurang lebih begitulah inti SMS yang kukirim sebenarnya gak hanya ke dia. Ada 2 orang lagi yang aku kirimin SMS yang sama. Yang satu ke seniorku -tempat dulu aku sering curhat, tapi sepertinya sekarang gak lagi deh- tapi gak ada tanggapan. Satunya lagi ke teman sekelasku di SMP dan SMU dulu yang sekarang sekampus juga amaku, tapi finally Not Sent tadi pagi. Walaupun SMSku baru nyampe sorenya, dia ngebalas SMSku tidak dengan satu SMS aja. Ada 4 SMS yang dia kirim. Some wise words, telling bout her experience and what she think I could do.


Aku gak tahu mau bilang apa dan berbuat apa. Tapi aku bersyukur karena di saat aku merasa tidak ada orang yang memperhatikanku, TUHAN mungkin memberi jawaban kalau perasaanku salah. TUHAN menempatkan gak hanya satu orang yang hadir dalam hidupku memperhatikanku, tapi ada lebih dari satu dan bisa dibilang banyak.


But for now, thanks Bora.